KOMPARASI MODEL TERRAIN DIJITAL MENGGUNAKAN METODE TIN DAN KRIGING (Studi Kasus Area Longsor Ciloto, Kabupaten Cianjur

Item Type:	Thesis
Title:	KOMPARASI MODEL TERRAIN DIJITAL MENGGUNAKAN METODE TIN DAN KRIGING (Studi Kasus Area Longsor Ciloto, Kabupaten Cianjur
Abstract:	Bencana menyebabkan kerugian besar dalam segala aspek kehidupan diantaranya, banjir, longsor, gempa, dll. Longsor merupakan peristiwa perpindahan material dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Fenomena tanah longsor diamati dengan mencari perubahan posisi titik pantau yang dipasang di area longsor. Pemantauan titik-titik tidak dapat mewakili bentuk permukaan lereng yang diamati. Oleh sebab itu, diperlukan pembentukan model permukaan. DEM (Digital Elevation Model) dapat memberikan informasi bentuk permukaan (topografi) dalam format raster ataupun vektor. Sumber data yang digunakan untuk membuat pemodelan yakni sebaran titik yang telah memuat informasi koordinat dalam bentuk tiga dimensi (E,N,h) di permukaan bumi. Koordinat titik pantau hanya berada di beberapa posisi, agar dapat diperoleh gambaran hasil permukaan berupa DEM yang dihasilkan dari metode TIN dan Kriging. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model dilakukan komparasi / perbandingan. Berdasarkan hasil penelitian, pemodelan dengan metode interpolasi TIN memberikan gambaran permukaan daerah penelitian mendekati dengan kondisi sebenarnya dibandingkan dengan metode Kriging. Selain itu, dari luasan distorsi masing-masing model dengan skala 1 : 100, metode TIN menghasilkan nilai distorsi yang lebih kecil dibandingkan dengan metode Kriging.
Creators:	PUTRI, RANTI AUDINI
Subjects:	G Geography. Anthropology. Recreation > GA Mathematical geography. Cartography
Depositing User:	Mrs. Ineu Nuraeni, S.Sos
Date Deposited:	05 Jun 2025 08:39
Last Modified:	05 Jun 2025 08:39
URI:	https://repo.unwim.ac.id/id/eprint/890

Bencana menyebabkan kerugian besar dalam segala aspek kehidupan diantaranya, banjir, longsor, gempa, dll. Longsor merupakan peristiwa perpindahan material dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Fenomena tanah longsor diamati dengan mencari perubahan posisi titik pantau yang dipasang di area longsor. Pemantauan titik-titik tidak dapat mewakili bentuk permukaan lereng yang diamati. Oleh sebab itu, diperlukan pembentukan model permukaan.
DEM (Digital Elevation Model) dapat memberikan informasi bentuk permukaan (topografi) dalam format raster ataupun vektor. Sumber data yang digunakan untuk membuat pemodelan yakni sebaran titik yang telah memuat informasi koordinat dalam bentuk tiga dimensi (E,N,h) di permukaan bumi. Koordinat titik pantau hanya berada di beberapa posisi, agar dapat diperoleh gambaran hasil permukaan berupa DEM yang dihasilkan dari metode TIN dan Kriging. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model dilakukan komparasi / perbandingan. Berdasarkan hasil penelitian, pemodelan dengan metode interpolasi TIN memberikan gambaran permukaan daerah penelitian mendekati dengan kondisi sebenarnya dibandingkan dengan metode Kriging. Selain itu, dari luasan distorsi masing-masing model dengan skala 1 : 100, metode TIN menghasilkan nilai distorsi yang lebih kecil dibandingkan dengan metode Kriging.